top navigation

Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh-Contoh Sastra Melayu Klasik

Ciri-Ciri atau Karakteristik Sastra Melayu Klasik | Golden Student

Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut dan turun temurun. Menurut A. Ikram, dalam bukunya Filologi Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya 1991, hal. 220) Sekarang cerita rakyat ditulis dan diterbitkan menjadi buku, seperti halnya cerpen atau novel.

Sastra melayu klasik sebenarnya merupakan karya sastra indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 sampai dengan tahun 1942, yang pada waktu itu berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti “minangkabau,langkat, tapanuli  dan daerah sumatera lainnya”, orang tionghoa dan masyarakat indo-eropa.

Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Sastra tersebut disebut sebagai sastra melayu klasik karena sastra tersebut berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka.

Catatan tertulis yang pertama kali ditemukan menggunakan bahasa Melayu Kuno yang kabarnya berasal dari abad ke-7 Masehi, bahkan sastra tersebut tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis lainnya bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

Ciri-Ciri Karya Sastra Melayu Klasik

Karya sastra melayu klasik sangat jauh berbeda dengan karya sastra modern, untuk mengenal apakah sebuah karya sastra merupakan karya melayu klasik atau karya sastra modern, harus mengetahui ciri-cirinya, untuk karya sastra melayu klasik ciri-cirinya adalah anonim, bertema istana sentris, bernilai budaya lokal dan disebar secara lisan, uraiannya adalah sebagai berikut:

1.  Anonim

Anonim dalam artian tidak diketahui siapa pengarangnya, ini disebabkan karena tempo dulu tidak banyak orang yang mengejar popularitas sehingga pengarangnya lebih fokus untuk menyajikan maha karya yang menitikberatkan pada fungsi cerita.

Beberapa contoh dari karya sastra melayu klasik  pada umumnya terdapat di setiap cerita-cerita klasik, seperti “Hikayat hang tuah”, Hikayat raja indra”, “hikayat indra bangsawan”, “Hikayat malim demam”

2.  Bertema Istana sentris

Jenis ceritanya berlatar belakang istana. Tokohnya biasanya raja atau pangeran yang sakti dan kisahnya mengenai percintaan. Akhir cerita selalu bahagia.

3.  Bernilai budaya lokal

Ciri yang ketika dari karya sastra melayu klasik adalah penciptaan karya sastra melayu klasik biasanya mengusung budaya lokal, sehingga dari Cerita kaya sastra melayu klasik pembaca bisa mendapat gambaran moral masyarakat yang hidup pada jaman dulu

4.  Disebar secara lisan

Ciri yang terakhir ialah disebarkan secara lisan. penyebab utamanya adalah  pergerakan zaman dahulu sangatlah lambat jika dibandingkan dengan konvoi masyarakat di zaman modern ini. Oleh karena itu, penyebaran budaya dan cerita secara lisan akan lebih mempercepat tersebarnya cerita dibandingkan dengan menggunakan media tulisan. Selain itu, melalui budaya lisan, masyarakat juga mampu lebih intens memberikan nilai-nilai positif nan terdapat di dalam cerita sehingga pesan moral yang terdapat di dalamnya akan sampai kepada pendengar dengan lebih cepat dan efektif.

5.  Didaktis

Memberikan pesan mendidik kepada masyarakat baik pesan moral maupun pesan keagamaan atau religius.

6.  Tradisional

Mempertahankan kebiasaan masyarakat jaman dulu atau adat istiadat.

7.  Klasik imitatif

Bersifat tiruan atau kebiasaan tiru-meniru yang turun-menurun.

8.  Universal

Dapat berlaku dimana saja, kapan saja, siapa saja.

Jenis-Jenis Karya Sastra Melayu Klasik

Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis karya sastra melayu klasik, terdiri atas:


1. Berbentuk puisi

Karya sastra klasik dalam bentuk puisi juga memiliki berbagai macam jenis. Diantaranya adalah;

a. Mantra

adalah rangkaian kata yang mengandung rima danirama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh seorang dukun atau pawang untuk melawan atau menandingi kekuatan gaib lainnya. Namun, hakikat mantra itu sendiri adalah doa yang diucapkan oleh seorang pawang dalam keadaan trance ‘kerasukan’. Di dalam mantra yang penting bukan makna kata demi kata, melainkan kekuatan bunyi yang bersifat sugestif.


Contoh mantra:

Pulanglah engkau kepada rimba sekampung,
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,
Pulanglah engkau kepada gunung guntung,
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.

b. Bidal

Bidal adalah kalimat singkat yang mengandung pengertian atau kiasan dan membayangkan sindira


1. Contoh Bidal Ungkapan

1.    Tangan panjang artinya suka mencuri

2.    Ringan tangan artinya suka membantu

3.    Besar kepala artinya sombong

2. Contoh Bidal Pepatah 

  • Anjing menyalak tidak menggigit artinya mulut besar tetapi penakut.
  • Besar pasak daripada tiang artinya besar pengeluaran dari pendapatan.

3. Contoh Bidal Perumpamaan 

1.    Bagai durian dengan mentimun artinya orang kecil melawan orang besar pasti akan kalah.

2.    Seperti kerbau di cocok hidung artinya orang yang bodoh selalu menurut perintah orang lain.

4. Contoh Bidal Tamzil 

  • Ada ubi ada talas, ada budi ada balas

5. Contoh Bidal Ibarat 

1.    Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak hendak

2.    Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang

6. Contoh Bidal Kata arif

  • Senangkanlah hatimu dengan menyenangkan hati orang lain.

7. Contoh Bidal Pameo 

1.    Sekali merdeka tetap merdeka.

c. Talibun 

Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun yang mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya


Contoh Talibun :

Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu.

d. Seloka

Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.

Contoh seloka 4 baris:

anak pak dolah makan lepat,
makan lepat sambil melompat,
nak hantar kad raya dah tak sempat,
pakai sms pun ok wat ?

Contoh seloka lebih dari 4 baris:

Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui

e. Gurindam 

Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

Contoh :

Pabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
Dengan ibu hendaknya hormat
Supaya badan dapat selamat

f. Pantun

Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak a-b-a-b, a-b-b-a, a-a-b-b. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna); dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 1 baris terdiri dari 4-5 kata, 8-12 suku kata.

Contoh :

Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang

g. Karmina 

Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.

Contoh Karmina 1

Dahulu ketan sekarang ketupat
Dahulu jagoan sekarang ustad

Contoh Karmina 2

Pergi ke rawa ke muara pula
Sudah tak juara tak sholat pula

Contoh Karmina 3

Buah nagka bentuknya bulat
Sudah tua bangka belum ingat akhirat


h. Syair

Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Syair berasal dari Arab.

Contoh syair:

Syair Ken Tambuhan
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
diiringkah penglipur dengan tadahan
lemah lembut berjalan pelahan-lahan
lakunya manis memberi kasihan
Tunduk menangis segala puteri
Masing-masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri
 Syair Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah Paduka Sultan
Duduklah Baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putera Baginda
Besarlah sudah bangsa muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Parasnya elok amat sempurna
Petak majelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina

i. Stanza 

Stanza adalah sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut juga oktaf. Persajakan stanza atau oktaf tidak berurutan.

Contoh stanza:  

PERTANYAAN ANAK KECIL
Hai kayu-kayu dan daun-daunan!
Mengapakah kamu bersenang-senang?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin dan tenang, serang?
Adakah angin tertawa dengan kami?
Bercerita bagus menyenangkan kami?
Aku tidak mengerti kesukaan kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa?

Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!
Apakah yang kamu nyanyi-nyanyikan?
Bunga-bungaan kau penuhkan bunyi!
Apakah yang kamu bunyi-bunyikan?
Bungakah itu atau madukah?
Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?
Mengapakah kamu tertawa-tawa?


j. Soneta 

Soneta berasal dari kata Sonetto dalam bahasa Italia yang terbentuk dari kata latin Sono yang berarti ‘bunyi’ atau ‘suara’. Adapun syarat-syarat soneta (bentuknya yang asli) adalah sebagai berikut.

1.    Jumlah baris ada 14 buah.

2.    Keempat belas baris terdiri atas 2 buah quatrain dan 2 buah terzina.

3.    Jadi pembagian bait itu: 2 × 4 dan 2 × 3.

4.    Kedua buah kuatrain merupakan kesatuan yang disebut stanza atau oktaf.

5.    Kedua buah terzina merupakan kesatuan, disebut sextet.

6.    Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif.

7.    Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yang dilukiskan dalam oktaf; jadi sifatnya subjektif.

8.    Peralihan dari oktaf ke sektet disebut volta.

9.    Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 dan 14 suku kata.

10.                  Rumus dan sajaknya a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.


Contoh Soneta: 

GEMBALA
Perasaan siapa ta’kan nyala (a)
Melihat anak berlagu dendang (b)
Seorang saja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)
Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijau (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)

2. Berbentuk Prosa

Seperti halnya prosa dalam sastra modern, prosa dalam karya sastra klasik juga mempunyai unsur-unsur tokoh, penokohan, alur, latar, setting, amanat, dan teman.

Karya sastra klasik yang berbentuk prosa terdiri dari cerita, cerita binatang, sejarah, mite, dan legenda.

Jenis prosa lama:

Prosa sastra melayu klasik juga memiliki berbagai macam jenisnya, diantaranya yaitu;

a. Dongeng 

Dongeng adalah cerita-cerita zaman purba yang berbentuk prosa yaitu tentang cerita khayal dan penuh keajaiban. Dongeng ini disampaikan dari mulut kemulut.

b. Mite

Mite berasal dari bahasa Yunani, mythos yaitu tentang kehidupan makhluk halus atau hantu seperti jin, kuntilanak, dan dewi-dewi.

Misalnya: Si Kelambai, dan Setan Penanggalan

c. Fabel

Fabel ialah dongeng yang menceritakan binatang yang hidup sebagai manusia berbuat dan berbicara seperti binatang.

Pada umumnya fabel mempunyai tendens didaktis. Fabel ini sangat terkenal di Indonesia. Di tiap-tiap daerah mempunyai pelaku-pelaku binatang yang berlainan.

Di Jawa dan di Melayu dipusatkan pada planduk (kancil), di Sunda pada kura-kura, di Toraja pada kera hantu.

Contoh: Hikayat Sang Kancil

d. Legenada

Legenda ialah dongeng yang berisikan tentang cerita terjadinya nama-nama tempat, gunung, sungai, danau, dan sebagainya.

Misalnya: Danau Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Danau Toba, Terjadinya Danau Maninjau.

e. Dongeng

Ini sengaja menceritakan kebodohan seseorang. Apa yang dilakukannya serba salah, sehingga menimbulkan humor atau kejenakaan.

f. Sage

Sange ialah dongeng yang mengandung unsur sejarah. Misalnya: Hang tuah Joko Tingkir.

g. Hikayat

Berasal dari bahasa Arab, yang berarti cerita. Hikayat ini mirip dengan dongeng, penuh khayal, isinya tentang kehidupan sekitar istana, oleh karena itu dapat disebut dongeng istana.

Pelaku utama dalam hikayat adalah raja, permaisuri, putra raja yang gagah berani, serta putrinya yang canti jelita.

Hikayat Melayu:   Hikayat hang Tuah, Hikayat Si

h. Sejarah atau Silsilah

Penulis sejarah dalam sastra lama ialah pegawai istana, yang berisikan tentang asal usul raja dan kejadian-kejadian penting, adat istiadat.

Contoh:

1.    Sejarah melayu – konon dikarang oleh Tun Sri Lanang.

2.    Hikayat Raja – Raja Pasai.

3.    Silsilah Bugis.

4.    Sejarah Danau Maninjau.

Unsur Instrinsik Karya Sastra Melayu Klasik

Unsur intrinsik pada karya sastra melayu klasik tidak jauh berbeda dengan unsur instrinsik yang terdapat pada karya sastra modern yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat.

1.  Tema

Tema adalah gagasan atau ide utama yang mendasari sebuah karya sastra atau cerita. Di karya sastra melayu klasik pada umumnya tema yang dianggat adalah berkisar antara istana dan kerajaan, namun terkadang  tema lainya sering masuk kedalam cerita.

2.  Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan yang terdapat dalam karya sastra Melayu klasik berkisar binatang yang berbudi pekerti, tentang pangeran, anak miskin yang menjadi raja, dan  cerita lainnya yang dianggap mampu mewakili sifat dan ciri manusia pada zaman dahulu.

3.  Latar

Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa di dalam suatu karya sastra. Atau definisi latar yang lainnya adalah unsur intrinsik pada karya sastra yang meliputi ruang, waktu serta suasana yang terjadi pada suatu peristiwa didalam karya sastra.

4.  Alur

Alur adalah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang disusun secara kronologis. Atau definisi alur yaitu merupakan rangkaian cerita sejak awal hingga akhir.

5.  Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita.

  • Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya
  • Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.
  • Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh.
  • Sudut pandang campuran, (sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.

6.  Amanat

Amanat ialah pesan moral yang berisi pelajaran dan buah pikir yang hendak disampaikan pengarang lewat karya sastra. Amanat tersebut bisa bercerita langsung, bisa pula implisit atau secara tak langsung lewat dialog, tokoh, atau unsur-unsur lain dalam contoh karya sastra Melayu klasik.

Contoh Karya Sastra Melayu Klasik

Hang Tuah lahir dari ibu yang bernama Dang Merduwati, sementra Ayahnya bernama Hang Mahmud. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat raja bersemayam dengan harapan mendapat rezeki di situ. Mereka membuka warung dan hidup sangat sederhana.

Semua sahabat Hang Tuah berani, mereka itu adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Pernah suatu ketika mereka berlima pergi berlayar. Ditengah lautan dihadang oleh gerombolan perampok yang banyak sekali. Hang Tuah menggunakan taktik, membawa mereka ke darat disana mereka melakukan perlawanan.
Sepuluh perampok mereka tewaskan, sedangkan yang lain melarikan diri. Dari beberapa orang yang dapat ditawan, mereka mengaku dari daerah Siantan dan Jemaja atas perintah Gajah Mada di Majapahit.

Sebenarnya merka diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang membawa mereka tersesat di Malaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan kawan-kawannya sampai juga kepada raja sehingga raja berkenan kepada mereka. Suatu ketika ada orang yang mengamuk di pasar, orang-orang lari ketakutan. Hang Tuah jugalah yang dapat membunuh orang itu.

Hang Tuah lalu diangkat menjadi biduan istana ( pelayan raja ), saat itu dia minta menyerang ke Palembang yang diduduki orang Siantan dan Jemala. Hang Tuah sukses, lalu diangkat menjadi Laksamana. Berkali-kali Hang Tuah diutus ke luar negeri, Tiongkok, Rum, Majapahit, dan dia pernah pula naik Haji. Akhir hayatnya Hang Tuah berkhalwat di Tanjung Jingara.

 


Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh-Contoh Sastra Melayu Klasik Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh-Contoh Sastra Melayu Klasik Reviewed by Muhammad Khairadhi on June 03, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.