1. Memperbanyak wawasan
Pondasi awal dalam memenangkan lomba debat bahasa indonesia adalah terletak pada penguasaan materi yang mana berasal dari luasnya wawasan yang dimiliki. Pada tingkat nasional, mosi yang diberikan itu beragam dan tidak hanya berasal dari isu yang berhembus di dalam negeri, melainkan juga kadangkala mengangkat sejumlah topik hangat internasional.
Makanya penting sekali untuk memperbanyak wawasan kamu dari jauh-jauh hari. Serap dan kaji dengan baik setiap informasi yang lagi hangat-hangat dibicarakan. Utamakan topik dalam negeri sebab, berdasarkan pengalaman, ini yang akan paling banyak diangkat sebagai mosi. Selain itu, pelajari juga beberapa isu internasional yang belakangan ini sering nongol di media massa untuk jaga-jaga.
Sewaktu mengikuti lomba debat bahasa Indonesia nasional tahun 2014, tim kami sempat beradu debat dengan tim dari Kepulauan Riau menggunakan mosi tentang perhelatan piala dunia di Brazil negara dunia ketiga. Akibat minimnya informasi yang tim kami miliki terkait topik tersebut, saya dan kedua rekan saya terpaksa terlihat simpang siur tidak mengerti ketika coba membangun argumen saat perdebatan. Sehingga hasilnya pun bisa kamu tebak sendiri … (Defeat)
2. Menyiapkan referensi (dasar hukum, data)
Salah satu indikator penilaian yang dijadikan juri saat menilai perdebatan adalah tingkat kekuatan opini. Dalam lomba debat bahasa indonesia, argumen atau opini yang baik adalah pendapat yang masuk akal (logis) dan ditunjang dengan referensi yang dapat dipercaya, seperti data statistik, dasar hukum, dan sebagainya.
Biasanya juri yang akan menilai perdebatan di tingkat nasional adalah mereka yang berlatar belakang hukum. Jadi, manfaatkanlah situasi tersebut sebagai daya ungkit dalam memenangkan lomba. Caranya adalah dengan banyak mengoleksi sumber-sumber terpercaya yang bisa dijadikan alat dalam memperkuat argumen yang berusaha untuk dibangun oleh tim kamu.
Untuk referensi dasar hukum, saya menjadikan buku kecil UUD 1945 sebagai acuan. Mentor debat saya yang ada di Gorontalo-lah (mahasiswa hukum UNG) yang menyarankan saya untuk selalu membawanya saat hendak merangkai argumen. Sebagai pembicara pertama, menyelipkan dasar-dasar hukum ke dalam pidato rupanya dapat memberikan nilai tambah, memperkokoh narasi, serta bisa mempercantik alur argumentasi yang coba kami bangun.
Dan hal ini terbukti ketika saya sempat beberapa kali mendapat pujian dari juri yang menjadi tim penilai dari lomba debat yang ada tim kami-nya. Selain itu kami juga mempersiapkan sejumlah kutipan bijak tokoh terkenal Indonesia yang membicarakan tentang berbagai tema (Pendidikan, Kesehatan, Konstitusi, Demokrasi, dsb).
Jika kamu ingin tim kamu menjadi lebih siap, cobalah untuk mengunduh data statistik dari website BPS yang terakhir. Kemudian sarikan data yang kamu unduh itu ke dalam poin-poin penting yang lebih ramah untuk dibaca. Saat dua kali mengikuti lomba debat bahasa indonesia tingkat nasional, saya memang tidak sampai segitunya. Tapi sekarang saya pikir alangkah sangat membantu seandainya saat itu saya juga melakukannya.
3. Menyampaikan pidato dengan gaya sendiri, tidak perlu cepat-cepat
Di dalam ajang lomba debat bahasa Indonesia tingkat Nasional, ada dua tujuan penilaian dari para juri. Yang pertama tentu untuk mencari jawara tim debat, dan yang kedua yaitu untuk mencari pembicara terbaik (kalau di zaman saya itu dicari 10 pembicara terbaik, tidak tahu kalau sekarang) dari seluruh peserta yang ikut. Apabila tujuan akhirmu lebih condong pada meraih gelar pembicara terbaik, maka retorika, gaya tubuh, dan teknik penyampaian jelas penting untuk kamu latih dan perhatikan dengan baik.
Akan tetapi bila yang ingin kamu capai adalah kemenangan dari tim kamu, maka semua hal tersebut tidaklah begitu penting. Sehingga tidak usah khawatir jika kamu tidak pandai merangkai kata, tidak jago bermain bahasa tubuh, dan sebagainya. Cukup tampil seperti kondisi dirimu apa adanya.
Tidak perlu memaksakan diri untuk bisa berbicara dengan cepat jika memang dari sononya kamu terbiasa kalem dan santai dalam bertutur kata. Tidak berguna juga menggerakkan tangan kesana kemari, tunjuk sana sini, bila sedari dulu setiap berbicara kedua tanganmu cenderung minim pergerakan.
Intinya adalah berpidatolah sesuai style kamu sendiri. Karena berdasarkan pengalaman, saya menemukan ada beberapa tim debat yang ternyata mampu bergerak lebih jauh dari tim kami, meskipun dalam tim mereka ada yang bicaranya terbata-bata.
4. Memaksimalkan waktu berpidato, tidak perlu menerima interupsi jika masih banyak yang harus disampaikan
Menerima interupsi di tengah menyampaikan pidato merupakan salah satu strategi yang sangat baik digunakan seandainya kamu kurang memiliki bahan untuk disampaikan. Namun sebaliknya bila argumen yang ingin kamu utarakan termasuk banyak, maka jangan pernah menerima interupsi sekalipun meski dari tim lawan mengajukannya berkali-kali.
Fokus supaya pendapat kamu tersampaikan secara menyeluruh terlebih dahulu baru bisa melayani interupsi. Jika dirasa waktu 7 menit tidak cukup untuk menyampaikan poin-poin penting argumentasi kamu, maka tidak perlu melayani interupsi. Lagipula bila kurang menguasai materi interupsi sungguh dapat membiaskan perhatian dan fokus kamu. Alhasil, argumen yang sebenarnya hendak ingin kamu sampaikan jadi kelupaan.
5. Saat tim lawan menyampaikan pidato, catat poin-poin pentingnya untuk disanggah
Saya pikir tips kelima ini tidak lagi perlu saya jelaskan. Cukup untuk diingatkan saja.
6. Penting untuk berfokus pada melawan argumen yang diberikan tim lawan
Dalam lomba debat bahasa indonesia tingkat nasional beberapa kali sempat saya menemukan pembicara dari tim lain yang bukannya menyerang isi pendapat dari tim lawan, malahan terkesan fokus menyerang orang (tim) lawan mereka. Bahkan kadangkala dengan kata-kata yang menusuk. Kalau diingat-ingat, lucu juga rasanya.
Nah, hal seperti itu haruslah kamu hindari. Pasalnya selain kamu akan terlihat kurang etis, perilaku seperti itu kalau tidak salah juga akan mengurangi nilai keseluruhan dari tim kamu. Jadi, sekali lagi fokuslah menyerang argumen yang disampaikan tim lawan, bukan orang(tim) nya.
7. Jika kamu bertindak sebagai tim oposisi, jangan cuman menyanggah opini lawan tanpa memberikan solusi
Ini merupakan sebuah strategi manjur yang tidak saya dapatkan dari seluruh sesi berlatih yang saya ikuti di daerah saya. Saya baru mendapatkannya ketika menjadi peserta lomba debat bahasa indonesia nasional. Dan tips ini jika di-implementasikan dengan baik bisa menuntun tim kamu untuk memperoleh nilai tambah.
Biasanya di dalam paradigma umum, tim oposisi hanya bertugas untuk menyanggah setiap argumentasi yang diberikan tim pemerintah. Sementara di dalam lomba perdebatan tim oposisi yang baik adalah tim yang tidak hanya memberikan sanggahan semata, tetapi juga proposal solusi yang lebih baik.
8. Sebagai sebuah tim bangunlah argumen yang saling berhubungan dan menguatkan satu sama lain
Pernah satu kali dalam lomba debat bahasa indonesia nasional tahun 2013 tim kami bertemu dengan tim dari Sulawesi Barat. Tim kami kebetulan bertemu dua kali. Pada pertemuan pertama, tim kamilah yang berhasil memperoleh kemenangan. Namun pada kesempatan kedua, justru kamilah yang dikalahkan. Sehingga pupus sudah harapan kami untuk masuk ke babak 16 besar.
Penyebab kekalahan kami pada saat itu adalah murni kesalahan saya. Saat itu saya tidak fokus, dan malah membawakan pendapat yang seharusnya dibawakan oleh tim lawan. Dan lugunya saya baru menyadari itu ketika waktu berpidato saya selesai. Jadi, ah.. sudahlah, nasi sudah menjadi bubur.
Kejadian seperti yang saya alami diatas sejatinya bisa saja terjadi juga pada tim kamu walaupun kecil kemungkinannya. Ketidaksinkronan argumentasi antar tiap pembicara dalam suatu tim debat merupakan sebuah kesalahan yang fatal yang harus kamu antisipasi dari awal.
Saya percaya penyebab tim kami kalah waktu itu adalah karena kurangnya persiapan saat case building selama 30 menit. Terutama dalam hal membangun komunikasi, pemahaman, dan sudut pandang yang sejajar antar saya dan kedua rekan tim saya mengenai mosi yang diperdebatkan.
Belajar dari pengalaman saya diatas, pastikan ketika kamu mengikuti lomba debat bahasa Indonesia nasional, kamu tidak melakukan kesalahan yang sama.
9. Selalu orientasikan isi pidato kamu untuk meyakinkan juri
Pada akhirnya, menang dan tidaknya tim kamu semua bergantung pada juri yang melakukan penilaian. Biasanya setiap perdebatan akan dinilai oleh tiga juri yang masing-masing memiliki sudut pandang tersendiri saat memberi angka. Meski objek yang mereka perhatikan sama, penilaian mereka tetap bisa berbeda-beda.
Makanya, ketika kamu menyampaikan pidato, senantiasa arahkan pandangan kamu pada juri yang ada di depan dan tunjukkan bahasa tubuh kamu yang serius dan bersifat mengajak. Para juri memang berasal dari kalangan profesional yang tidak mudah tertipu dengan retorika dan bahasa tubuh. Jadi pastikan juga kamu memberikan data yang bisa dipercaya untuk lebih memancing mereka untuk yakin.
No comments: